Wanita, Jangan Menangis (lagi).........
"Dari seluruh makhluk di permukaan bumi yang berdarah dan tumbuh, wanita yang
paling banyak memarnya" kata seorang penyair Yunani berabad silam.
Bahwa diskursus gender telah terjadi sejak jaman dimana Tuhan telah menciptakan
Hawa sebagai pendamping Adam dan pergesekan dari relasi antar gender ini menjadi
ekses yang terus mengiringi pertumbuhan jaman.
Tanpa menampik bahwa penindasan tidak hanya (bisa) didominasi gender tertentu,
namun kemudian kita patut untuk memberikan karangan bunga bela sungkawa bagi
perjalanan sejarah hidup manusia, bahwa terlalu banyak darah dan airmata wanita
yang menghiasi jalan sejarah ini.
Kekerasan dalam rumah tangga,human trafficking, pelecehan seksual adalah
berderet derita yang menjadikan wanita sebagai korban.
Minimal ada tiga fase penyebab penindasan gender ini terjadi, pertama fase
dimana marginalisasi ini terbentuk secara "alamiah" dalam kompetisi paling
primitif antar manusia untuk mempertahankan hidup. Kebodohan, barbarik, menjadi
bumbu pelengkap pada fase ini.
Kedua, konstruksi sosial yang berlindung dibalik berbagai macam dalil
de-interpretasi, atas nama Tuhan, maupun politisasi norma lainnya. "Wanita
adalah jelmaan iblis" demikian dogma sebuah agama, dan semua penindasan pun
tampak begitu suci
Ketiga,fase dimana wanita sudah berani tampil di ruang publik yang dahulu steril
dari eksistensi mereka ,menggugat pengekangan fungsi dan posisi sosial mereka
serta melakukan "perang terbuka", tetapi pada saat yang sama palagan ini membuka
celah lebar mereka untuk (kembali) ditindas. Gerakan pembebasan yang pada
akhirnya diakui sendiri oleh dedengkot feminis sebagai sesuatu yang kebablasan.
terlepas dari semuanya,
apakah para lelaki di muka bumi ini tidak lagi bisa mengisi setiap lorong bumi
ini dengan cinta? apakah mitos bahwa level kejantanan (maskulinitas) yang
dibangun dengan menyiapkan telaga nelangsa dari perasan darah dan airmata para
wanita harus tetap kita jaga? Apakah keharmonisan antar gender ini tidak bisa
dibangun berdasarkan porsi fitroh, kesetaraan bukan kesamaan, keadilan bukan
kebebasan.......
Dan sebagai seorang manusia yang dilahirkan dari sebentuk ruang muara cinta
bernama rahim wanita dengan segala kebaikannya, ijinkan aku berkata : " wanita,
jangan menangis (lagi).... "
Kota Cinta, 18 April 2007
"....Hanya Lelaki Biasa ...."
www.clickawan.blogspot.com
paling banyak memarnya" kata seorang penyair Yunani berabad silam.
Bahwa diskursus gender telah terjadi sejak jaman dimana Tuhan telah menciptakan
Hawa sebagai pendamping Adam dan pergesekan dari relasi antar gender ini menjadi
ekses yang terus mengiringi pertumbuhan jaman.
Tanpa menampik bahwa penindasan tidak hanya (bisa) didominasi gender tertentu,
namun kemudian kita patut untuk memberikan karangan bunga bela sungkawa bagi
perjalanan sejarah hidup manusia, bahwa terlalu banyak darah dan airmata wanita
yang menghiasi jalan sejarah ini.
Kekerasan dalam rumah tangga,human trafficking, pelecehan seksual adalah
berderet derita yang menjadikan wanita sebagai korban.
Minimal ada tiga fase penyebab penindasan gender ini terjadi, pertama fase
dimana marginalisasi ini terbentuk secara "alamiah" dalam kompetisi paling
primitif antar manusia untuk mempertahankan hidup. Kebodohan, barbarik, menjadi
bumbu pelengkap pada fase ini.
Kedua, konstruksi sosial yang berlindung dibalik berbagai macam dalil
de-interpretasi, atas nama Tuhan, maupun politisasi norma lainnya. "Wanita
adalah jelmaan iblis" demikian dogma sebuah agama, dan semua penindasan pun
tampak begitu suci
Ketiga,fase dimana wanita sudah berani tampil di ruang publik yang dahulu steril
dari eksistensi mereka ,menggugat pengekangan fungsi dan posisi sosial mereka
serta melakukan "perang terbuka", tetapi pada saat yang sama palagan ini membuka
celah lebar mereka untuk (kembali) ditindas. Gerakan pembebasan yang pada
akhirnya diakui sendiri oleh dedengkot feminis sebagai sesuatu yang kebablasan.
terlepas dari semuanya,
apakah para lelaki di muka bumi ini tidak lagi bisa mengisi setiap lorong bumi
ini dengan cinta? apakah mitos bahwa level kejantanan (maskulinitas) yang
dibangun dengan menyiapkan telaga nelangsa dari perasan darah dan airmata para
wanita harus tetap kita jaga? Apakah keharmonisan antar gender ini tidak bisa
dibangun berdasarkan porsi fitroh, kesetaraan bukan kesamaan, keadilan bukan
kebebasan.......
Dan sebagai seorang manusia yang dilahirkan dari sebentuk ruang muara cinta
bernama rahim wanita dengan segala kebaikannya, ijinkan aku berkata : " wanita,
jangan menangis (lagi).... "
Kota Cinta, 18 April 2007
"....Hanya Lelaki Biasa ...."
www.clickawan.blogspot.com
Labels: artikel
- T.h.e C.o.m.m.e.n.t -